Selasa, 29 November 2016

Metode Dakwah Sunan Muria

I.                   Pendahuluan
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam.Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan.Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

II.                Rumusan Masalah
1.      Biografi sunan Muria
2.      Metode dakwah sunan Muria
3.      Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria





III.             Pembahasan

A.    Biografi Sunan Muria
Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga yang tidak lain adalah putra kandung sunan kalijaga dengan perkawinannya bersama Dewi Saroh. 
Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”. Beliau menyebarkan agama islam dengan cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau yakni Sunan Kalijaga. Raden Umar Syahid atau yang biasa disebut dengan sunan muria, mempunyai peran penting dalam proses penyebaran islam di sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak gunung muria, yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.[1]
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Bayangkanlah  jika sunan Muria dan isterinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik turun guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat.Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus dengan jalan kaki.Itu berarti Sunan Muria memiliki kesaktian yang tinggi, demikian pula dengan murid-muridnya.[2]
Bukti bahwa Sunan Muria  adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah perkawinan dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah puteri Sunan Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di Juana.
Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus sampai-sampai berguru kepada beliau. Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap 20 tahun. Murid-muridnya diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus , Adipati Pathak Warak, Kapa dan Adiknya Gentiri. Tetangga dekat jua diundang, demikian pula snak kadang yang dari jauh.
Setelah tamu berkumpul Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro Pujiwati keluar menghidangkan makanan dan minuman.Keduanya adalah dara-dara yang cantik jelita.Terutama Dewi Roroyono yang telah berusia 20 tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar-mekarnya.
Bagi Sunan Kudus  Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang, yaitu ketika Pthak Warak belum menjadi seorang Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar kecantikannya yang mempesona, sekarang gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.
Sunan Muria memiliki istri bernama Dewi Roroyono.Dewi Roroyono adalah putri dari gurunya yang bernama Ki Ageng Ngerang.Suatu hari, Ki Ageng Ngerang mengadakan tasyakuran ulang tahun Dewi Roroyono yang ke-20. Banyak tamu yang terpesona akan kecantikan Dewi Roroyono. Pada malam harinya, Dewi Roroyono diculik oleh seorang adipati yang menjadi tamu malam itu.
Akhirnya Ki Ageng Ngerang membuat sayembara, barangsiapa yang dapat mengembalikan Dewi Roroyono maka berhak menikahinya.Akhirnya Sunan Muria menang sayembara tersebut dan menikah dengan Dewi Roroyono.Dari hasil pernikahannya itu, Sunan Muria memiliki putra bernama Pangeran Santri atau Sunan Ngadilungu.

Sunan Muria dimakamkan di Desa Colo dan memiliki perbedaan yang unik dengan makam para wali lainnya.Sesuai dengan wataknya yang suka menyendiri, makam Sunan Muria pun terlihat menyendiri. Bila makam wali lain dikelilingi oleh para punggawanya, maka makam punggawa atau murid Sunan Muria dimakamkan di tempat agak jauh dari makam Sunan Muria.  

.  

B.       Metode dakwah yang digunakan sunan Muria
Meskipun sunan muria banyak mengadopsi metode-metode berdakwah dari sang ayah (sunan kalijaga), sunan muria memiliki perbedaan dalam memilih masyarakat yang akan didakwahi oleh beliau. Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut
Walau Sunan Muria diterima dengan baik oleh rakyat jelata, bukan berarti misi menyebarkan agama Islam tidak mendapatkan halangan.Penduduk yang tinggal di sekitar lereng Gunung Sunan Muria masih sangat kental dengan adat istiadat, kepercayaan dan agama asalnya. Karena itulah bukan hal yang mudah memasukkan agama Islam di dalam masyakarat yang begitu berpegang teguh dengan apa yang dipercayainya turun temurun selama berabad-abad.



Melihat hal ini, Sunan Muria berdakwah lewat kesenian, kursus, dan mengajarkan keterampilan.Sunan Muria sangat mencintai kesenian sejak kecil, begitu pun masyarakat sekitar lereng Gunung Muria, sangat kental dengan kesenian.Lewat persamaan ini, Sunan Muria memasukkan unsur Islam dalam berkesenian.Sunan Muria-lah yang mempertahankan tetap berlangsungnya gamelan sebagai media dakwah. Selain memasukkan nuansa Islam dalam bermain gamelan dengan tembang, Sunan Muria pun sering membuat tembang-tembang Jawa untuk memperkuat ingatan masyarakat akan nilai-nilai Islam. Keahlian Sunan Muria ditunjukkan dengan menciptakan Sinom dan Kinanti, salah satu karyanya yang terkenal
Daerah-daerah dakwah sunan muria berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria.Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung muria. 
Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah tersebut.Terbukti Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530).setiap solusi pemecahan masalah selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. 

C.     Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria
a.       Kelebihan dakwah
Sunan Muria dikenal sebagai sunan rakyat jelata.Ia akrab dan hidup di tengah-tengah mereka. Ia tak sudi menghambakan diri pada kekayaan dan kekuasaan. Di saat, para wali lain hidup di pusat kota, ia malah mengasingkan diri di daerah pegunungan. Namun, ia tak meninggalkan dakwah Islam. Justru, “pengasingan” itulah yang menjadikannya dai yang ramah dan toleran.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.Itu sangatlah efektif karena mereka adalah kaum pekerja yang tidak bisa berkumpul setiap saat.Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.Di samping itu, tak jarang, Sunan Muria juga mengajarkan berbagai keterampilan seperti bercocok tanam, berdagang, dan melaut kepada rakyat.
Selain sebagai penyebar agama Islam, Sunan Muria pun berperan dalam membangunKerajaan Demak.Sifatnya yang bijak dan halus sering membuat Sunan Muria dimintai tolong dalam menyelesaikan masalah rumit yang terjadi di Kerajaan Demak.Setiap solusi Sunan Muria diterima dengan baik oleh banyak pihak.Tidak heran bila Sunan Muria sangat dihormati berbagai kalangan.



b.      Kekurangan Dakwah
Sunan Muria menggunakan metode dakwah sama seperti ayahnya. Hanya saja bedanya mengenai masyarakat yang didakwahi.  Sunan muria lebih senang berdakwah pada tempat yang terpencil yang jauh dari kota.[3]Hal tersebut menjadi kekurangan beliau, karena belum bisa menciptakan sendiri metode yang baik untuk berdakwah dimasyarakat. Beliau masih meggunakan sama seperti ayahnya.






IV.             Kesimpulan
sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah.Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga.Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”.
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.didalam kursus-kursus t tersebut, sunan muria juga mengisi dengan ajaran-ajaran islam. Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.















DAFTAR PUSTAKA
            budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138                          
http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar- said.html#sthash.o93BSwL.dpuf
http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html








[1].budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138
[2]http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html

[3]http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar-said.html#sthash.o93BSwL.dpuf

Selasa, 22 November 2016

Manajemen Dakwah

I.                   Pendahuluan
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam.Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan.Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

II.                Rumusan Masalah
1.      Biografi sunan Muria
2.      Metode dakwah sunan Muria
3.      Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria





III.             Pembahasan

A.    Biografi Sunan Muria
Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga yang tidak lain adalah putra kandung sunan kalijaga dengan perkawinannya bersama Dewi Saroh.
Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”. Beliau menyebarkan agama islam dengan cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau yakni Sunan Kalijaga. Raden Umar Syahid atau yang biasa disebut dengan sunan muria, mempunyai peran penting dalam proses penyebaran islam di sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak gunung muria, yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.[1]
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Bayangkanlah  jika sunan Muria dan isterinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik turun guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat.Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus dengan jalan kaki.Itu berarti Sunan Muria memiliki kesaktian yang tinggi, demikian pula dengan murid-muridnya.[2]
Bukti bahwa Sunan Muria  adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah perkawinan dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah puteri Sunan Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di Juana.
Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus sampai-sampai berguru kepada beliau. Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap 20 tahun. Murid-muridnya diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus , Adipati Pathak Warak, Kapa dan Adiknya Gentiri. Tetangga dekat jua diundang, demikian pula snak kadang yang dari jauh.
Setelah tamu berkumpul Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro Pujiwati keluar menghidangkan makanan dan minuman.Keduanya adalah dara-dara yang cantik jelita.Terutama Dewi Roroyono yang telah berusia 20 tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar-mekarnya.
Bagi Sunan Kudus  Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang, yaitu ketika Pthak Warak belum menjadi seorang Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar kecantikannya yang mempesona, sekarang gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.
Sunan Muria memiliki istri bernama Dewi Roroyono.Dewi Roroyono adalah putri dari gurunya yang bernama Ki Ageng Ngerang.Suatu hari, Ki Ageng Ngerang mengadakan tasyakuran ulang tahun Dewi Roroyono yang ke-20. Banyak tamu yang terpesona akan kecantikan Dewi Roroyono. Pada malam harinya, Dewi Roroyono diculik oleh seorang adipati yang menjadi tamu malam itu.
Akhirnya Ki Ageng Ngerang membuat sayembara, barangsiapa yang dapat mengembalikan Dewi Roroyono maka berhak menikahinya.Akhirnya Sunan Muria menang sayembara tersebut dan menikah dengan Dewi Roroyono.Dari hasil pernikahannya itu, Sunan Muria memiliki putra bernama Pangeran Santri atau Sunan Ngadilungu.

Sunan Muria dimakamkan di Desa Colo dan memiliki perbedaan yang unik dengan makam para wali lainnya.Sesuai dengan wataknya yang suka menyendiri, makam Sunan Muria pun terlihat menyendiri. Bila makam wali lain dikelilingi oleh para punggawanya, maka makam punggawa atau murid Sunan Muria dimakamkan di tempat agak jauh dari makam Sunan Muria.  

.  
B.       Metode dakwah yang digunakan sunan Muria
Meskipun sunan muria banyak mengadopsi metode-metode berdakwah dari sang ayah (sunan kalijaga), sunan muria memiliki perbedaan dalam memilih masyarakat yang akan didakwahi oleh beliau. Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut
Walau Sunan Muria diterima dengan baik oleh rakyat jelata, bukan berarti misi menyebarkan agama Islam tidak mendapatkan halangan.Penduduk yang tinggal di sekitar lereng Gunung Sunan Muria masih sangat kental dengan adat istiadat, kepercayaan dan agama asalnya. Karena itulah bukan hal yang mudah memasukkan agama Islam di dalam masyakarat yang begitu berpegang teguh dengan apa yang dipercayainya turun temurun selama berabad-abad.



Melihat hal ini, Sunan Muria berdakwah lewat kesenian, kursus, dan mengajarkan keterampilan.Sunan Muria sangat mencintai kesenian sejak kecil, begitu pun masyarakat sekitar lereng Gunung Muria, sangat kental dengan kesenian.Lewat persamaan ini, Sunan Muria memasukkan unsur Islam dalam berkesenian.Sunan Muria-lah yang mempertahankan tetap berlangsungnya gamelan sebagai media dakwah. Selain memasukkan nuansa Islam dalam bermain gamelan dengan tembang, Sunan Muria pun sering membuat tembang-tembang Jawa untuk memperkuat ingatan masyarakat akan nilai-nilai Islam. Keahlian Sunan Muria ditunjukkan dengan menciptakan Sinom dan Kinanti, salah satu karyanya yang terkenal
Daerah-daerah dakwah sunan muria berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria.Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung muria.
Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah tersebut.Terbukti Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530).setiap solusi pemecahan masalah selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.

C.     Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria
a.       Kelebihan dakwah
Sunan Muria dikenal sebagai sunan rakyat jelata.Ia akrab dan hidup di tengah-tengah mereka. Ia tak sudi menghambakan diri pada kekayaan dan kekuasaan. Di saat, para wali lain hidup di pusat kota, ia malah mengasingkan diri di daerah pegunungan. Namun, ia tak meninggalkan dakwah Islam. Justru, “pengasingan” itulah yang menjadikannya dai yang ramah dan toleran.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.Itu sangatlah efektif karena mereka adalah kaum pekerja yang tidak bisa berkumpul setiap saat.Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.Di samping itu, tak jarang, Sunan Muria juga mengajarkan berbagai keterampilan seperti bercocok tanam, berdagang, dan melaut kepada rakyat.
Selain sebagai penyebar agama Islam, Sunan Muria pun berperan dalam membangunKerajaan Demak.Sifatnya yang bijak dan halus sering membuat Sunan Muria dimintai tolong dalam menyelesaikan masalah rumit yang terjadi di Kerajaan Demak.Setiap solusi Sunan Muria diterima dengan baik oleh banyak pihak.Tidak heran bila Sunan Muria sangat dihormati berbagai kalangan.



b.      Kekurangan Dakwah
Sunan Muria menggunakan metode dakwah sama seperti ayahnya. Hanya saja bedanya mengenai masyarakat yang didakwahi.  Sunan muria lebih senang berdakwah pada tempat yang terpencil yang jauh dari kota.[3]Hal tersebut menjadi kekurangan beliau, karena belum bisa menciptakan sendiri metode yang baik untuk berdakwah dimasyarakat. Beliau masih meggunakan sama seperti ayahnya.






IV.             Kesimpulan
sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah.Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga.Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”.
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.didalam kursus-kursus t tersebut, sunan muria juga mengisi dengan ajaran-ajaran islam. Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.















DAFTAR PUSTAKA
            budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138                         
http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar- said.html#sthash.o93BSwL.dpuf
http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html








[1].budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138
[2]http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html

[3]. http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar-said.html#sthash.o93BSwL.dpuf

Filsafat Islam

I.                   PENDAHULUAN
Tidak dapat dielakkan lagi, bahwa pemikiran filsafat Islam dipengaruhi oleh filsafat Yunani. Para filosof Islam banyak yang mengambil pemikiran-pemikiran Aristoteles, sehingga banyak teori-teori filsafat Yunani diambil oleh filsafat Islam. Para filosof Islam banyak terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya yaitu filosof Yunani.
Seorang filosof berhak mengambil sebagian pandangan orang lain, tetapi itu tidak menghalanginya untuk membawa teori-teori dan filsafatnya sendiri. Ibnu Sina misalnya walaupun sebagai murid yang murni dari Aristoteles tetapi ia mempunyai pandangan tersendiri yang tidak dikatakan oleh gurunya.
Filosof-filosof islam, secara umum hidup didalam lingkungan dan kondisi yang berbeda dengan filosof-filosof lain, sehingga salah jika kita mengabaikan berbagai pengaruh kondisi ini dalam pemikiran dan teori-teori mereka. Jadi, dunia islam mampu menyusun suatu filsafat untuk dirinya sendiri yang berjalan seiring dengan nilai pokok agama dan kondisi sosialnya, dan tidak sesuatu apapun yang dapat menolong untuk mengenal dan mengetahui hakikat filsafat ini, kecuali harus mempelajari dan menjelaskannya.
Dalam konteks inilah, diawal pembahasan akan dilakukan telaah historis terhadap beberapa persoalan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan sebagai berikut: bagaimana sebenarnya definisi filsafat islam, bagaimana kontak pertama kaum muslimin dengan filsafat yunani, dan bagaiman hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani.

II.                RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi filsafat islam?
2.      Bagaimana kontak pertama kaum muslimin dengan filsafat yunani?
3.      Bagaimana hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani?




III.             PEMBAHASAN
1.      Definisi Filsafat Islam
Sebelum mendalami lebih jauh makna filsafat islam, kita harus memahami arti dari filsafat itu sendiri. Istilah filsafat dapat ditinjau melalui dua segi, yaitu segi etimologi dan terminologi. Filsafat islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan islam. Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philein atau philos dan shophia. Kata philein atau philos berarti cinta, tapi dalam maknanya yang luas yakni berupa hasrat ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan. Sehingga secara sederhana, filsafat adalah mencintai kebijaksanaan.
Secara terminologis, filsafat merupakan kontemplasi atau mempelajari pertanyaan-pertanyaan penting mengenai eksistensi kehidupan yang berakhir dengan pencerahan dan pemahaman, sebuah visi mengenai keseluruhan.
Sementara itu, kata Islam secara semantic berasal dari akar kata salima yang berarti menyerah, tunduk, dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah, dan dengan menyerahkan diri kepada-Nya maka akan memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Jadi, filsafat islam pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.[1] Filsafat islam membahas tentang hakikat kebenaran sesuatu secara sistematis, radikal, dan universal. Sedangkan filsafat islam itu sendiri adalah hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama islam dalam suatu pemikiran yang logis dan sistematis.
2.      Kontak Pertama Kaum Muslimin dengan Filsafat Yunani
a.      Penaklukan Alexander dan Perkembangan Pemikiran Yunani di Timur Tengah
Perkembangan pemikiran Yunani di kawasan Timur Tengah tidak dapat dilepaskan dari penaklukkan yang dilakukan Alexander yang Agung terhadap kawasan tersebut. Ia dapat menguasai Arbela, sebelah Timur Tigris pada tahun 331 yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Darius. Kedatangannya ke daerah tersebut tidak menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, tetapi sebaliknya ia berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Dari segi kultural, ia sendiri berusaha mengenakan pakaian secara Persia, dan orang-orang Persia sendiri banyak pula yang diangkat menjadi pengawal-pengawalnya. Ia kawin dengan Statira, anak Darius.[2]
Setelah Alexander meninggal, perkembangan selanjutnya terdiri dari Kerajaan Ptolemeus di mesir, dengan Alexandria sebagai ibukotanya dan kerajaan Seleucid (Seleucus) di Asia dengan kota-kota pentingnya seperti Antioch di Siria, Seleucia di Mesopotamia dan Bactra di Persia sebelah Timur. Ptolemus dan Seleucus berusaha meneruskan politik Alexander untuk menyatukan kedua peradaban Yunani dan Iran. Sungguhpun usaha itu tidak berhasil, namun kebudayaan dan peradaban Yunani meninggalkan bekas di daerah-daerah ini. Bahasa administrasi yang dipakai disana ialah bahasa Yunani. Di Mesir dan Siria bahasa ini tetap dipakai sesudah masuknya Islam ke dalam kedua daerah itu, dan baru ditukar dengan bahasa Arab pada abad VII Masehi oleh Khalifah Bani Umayyah A. Malik Ibn Marwan (685-705). Alexandria, Antioch dan Bactra kemudian menjadi pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani. Pada Abad III Masehi pusat-pusat kebudayaan Yunani ini ditambah dengan kota Jundishapur yang letaknya tidak jauh dari Baghdad (didirikan di tahun 762 M). Di sana sewaktu kota itu masuk ke dalam wilayah kekuasan Islam, telah terdapat suatu akademi dan rumah sakit.
Alexandria merupakan kota yang berfungsi sebagai salah satu pusat kegiatan intelektual yang penting dijaman akhir filsafat Yunani Kuno. Menurut keterangan yang diberikan oleh De Lacy O’leary, bahwa di kota ini terdapat bangunan musium yang dilengkapi dengan perpustakaan yang kemudian ia berkembang di zaman Philadelphia (285-247 SM) menjadi perpustakaan terbesar di dunia dalam bidang pemikiran Yunani.
Dari uraian singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa penaklukkan Alexander yang Agung di kawasan Timur Tengah ternyata membawa pengaruh terhadap perkembangan pemikiran Yunani di daerah yang ditaklukkannya itu. Perkembangan pemikiran Yunani tersebut terlihat dari munculnya  berbagai pusat atau lembaga pengkajian filsafat Yunani. Semua kota yang menjadi tempat perkembangan pemikiran Yunani ini kemudian dikuasai oleh Islam.

b.      Peranan Khalifah Abbasiyah dalam Masuknya Pemikiran Yunani ke Dunia Islam
Ketika Khalifah Bani Abbas Al Mansur sakit di tahun 765 M, dinasehati oleh menterinya Khalid Ibn Barmak (Seorang Persia), kepala rumah sakit Jundishapur agar memanggil Girgis Ibn Bukhtyishu untuk mengobatinya. Khalid Ibn Barmak sendiri adalah berasal dari Bactra, dan dikenal sebagai keluarga yang gemar pada ilmu pengetahuan serta filsafat, dan condong pada paham Mu’tazilah.
Selanjutnya Harun Al Rasyid menjadi Khalifah Abbasiyah pada tahun 786 M. Sebelumnya ia pernah belajar di Persia di bawah asuhan Yahya Ibn Khalid Ibn Barmak. Dengan demikian ia banyak dipengaruhi oleh kegemaran keluarga Barmak pada ilmu pengetahuan dan  filsafat. Pada zaman pemerintahan Harun Al Rasyid inilah penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam bahasa Arab mulai dilakukan.
Peranan penerjemahan dalam memasukkan pemikiran Yunani ke dalam Islam itu telah banyak disebut oleh para ahli sejarah. De Lacy O’eary misalnya, mengatakan bahwa orang-orang Islam menguasai filsafat Yunani adalah melalui kegiatan penerjemahan dan pensyarahan bahasa Yunani, dan kegiatan ini banyak mendapat bantuan dari orang-orang Suryani. Sumber lain menyebutkan bahwa sebagian besar karya ilmu-ilmu populer ditemui oleh orang Islam melalui dorongan dari orang-orang Kristen Nestoria, khususnya para penerjemah dari Siria. Melalui saluran ini sebagian besar ilmu pengetahuan Yunani seperti ilmu pengetahuan kealaman, matematika astronomi, geografi dan kedokteran, dapat dijumpai orang-orang Islam. Khususnya dalam bidang kedokteran, sumbangan yang besar diberikan oleh Akademi Jundishapur yang dipimpin oleh dokter-dokter Yahudi dan Kristen.
Melalui kegiatan penerjemahan itu para cendikiawan Muslim dapat menguasai berbagai disiplin ilmu pengeteahuan dan filsafat, dan mereka berusaha menambahkan kedalamnya hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran mereka dalam lapangan filsafat. Dengan demikian tidaklah tepat pendapat sebagian penelitian Barat yang cenderung memperkecil peranan kaum Muslimin, dimana mereka menganggap bahwa kaum Muslimin hanyalah sebagai penyalin, penerjemah, atau paling tidak sebagai penyarah dan komentator.
Anggapan ini dibantah oleh George Sarton yang pendapatnya dikutip oleh Dr. Effat al-Sharqawi. Beliau mengatakan bahwa pendapat demikian adalah keliru. Tidak ada kretifitas yang lebih besar dari kehausan yang mendominasi perasaan tokoh-tokoh pemikir Muslim akan ilmu pengetahun. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kaum muslimin setelah mengenal Khazanah Yunani segera berusaha mengkaji, memberi komentar dan menjelaskannya. Mereka mengemukakan analis kritik dan polesan Islami terhadap pemikiran Yunani itu.
Perlu juga dikemukakan di sini bahwa keadaan perkembangan filsafat Yunani, ketika dijumpai oleh kaum Muslimin tengah dalam keadaan mundur , bahkan hampir hancur, karena ditekan dan diabaikan oleh para penguasa saat itu. Khazanah ilmu pengetahuan Yunani menemukan penyelamatannya yang mampu membangkitkan kembali pokok-pokoknya yang lama dan mengungkapkan subtansi-subtansinya dengan uraian yang orisinil pada orang Islam, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Rusyd. Selain itu, kaum Muslimin juga berusaha mengkompromikan antara filsafat dan agama dengan cara yang adil, seimbang dan rasional. Lebih jauh lagi seringkali sumbangan sumbangan kaum Muslimin itu lebih mendalam dan lebih tinggi peringkatnya daripada sumbangan yang diberikan oleh kaum Iskandariah dan lainnya dari filosof Hellennistik. 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masa khalifah Abbasiyah adalah awal mula diterjemahkannya naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab. Sehingga lahirlah sejumlah Filosof Muslim terkemuka dikalangan umat Islam. Kemudian ilmu filsafat dari para Filosof Muslim inilah yang dikenal dengan Filsafat Islam.
   
3.      Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani
Kelahiran ilmu filsafat Islam dilatarbelakangi oleh adanya usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan pada masa klasik Islam. Dalam kegiatan penerjemah ini, sebagian besar karangan Aristoteles, Plato, buku-buku ilmu kedokteran berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga dapat dibaca oleh kaum Muslimin dan alim ulama.[3] Kaum Muslim banyak memanfaatkan metode berfikir logis Aristoteles, yang lebih dikenal ilmu mantiq.
Ahmad Salabi dan Louis Ma’luf menguraikan, bahwa sejarah kebudayaan Islam mencatat, ilmu filsafat tidak diketahui oleh orang-orang Islam, kecuali setelah masa Daulah Abbasiyah pertama. Ilmu ini ditransfer melalui penerjemah dari buku-buku filsafat Yunani yang telah tersebar di daerah-daerah Laut Putih seperti: Iskandaria, Anthakian, dan Harran. Para cendikiawan ketika itu berusaha memasukan filsafat Yunani sebagai bagian dari metodologi dalam menjelaskan Islam, terutama akidah untuk melihat persesuaian antara wahyu dan akal.
Aktivitas para filosof bersentuhan dengan penafsiran al-Qur’an secara filosofis besar sekali. Misalnya Al-Kindi, yang dikenal sebagai bapak Filosof Arab dan Muslim, berpendapat bahwa untuk memahami al-Qur’an dengan benar, isinya harus ditafsirkan secara rasional, bahkan filosofis. Al-Qur’an mengandung ayat-ayat yang mengajak manusia untuk merenungkan peristiwa alam dan menyingkapkan makna dibalik terbit-tenggelamnya matahari dan pasang-surutnya air laut.
Filsafat Islam berkembang setelah umat Islam memiliki hubungan interaksi dengan dunia Yunani, seperti yang telah disebutkan oleh Nurcholis Majid, yang menyatakan bahwa pemakaian kata “filsafat” di dunia Islam digunakan untuk menerjemahkan kata “hikmah” yang ada dalam al-Qur’an dan as-Sunah. 
Dengan demikian, tampak jelas adanya hubungan yang bersifat akomodatif, bahwa filsafat Yunani memberi modal dasar dalam penelusuran berfikir yang ditopang oleh al-Qur’an sejak dulu. Secara teologis, bahwa sumber al-Qur’an secara azali telah ada, namun filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sementara bahan-bahannya sudah ada di dalam al-Qur’an.
Abdul Mun’in mengatakan bahwa islam adalah agama yang memberikan kebebasan dalam membicarakan filsafat, berbeda halnya dengan Kristen. Dengan demikian orang arablah yang memberikan keutamaan dalam menyebarkan filsafat yunani dan menyiarkannya ke penjuru dunia. Lebih terbuka lagi dinyatakan oleh O’Leray “sekarang kita mengikuti jalannya filsafat Helleneis. Dari Yunani ia mengalir ke dalam pengetahuan Syiria lama. Kemudian berjalan dari orang-orang Syiria ke dalam dunia kaum muslimin yang berbahasa Arab. Orang-orang arab kemudian memasukkannya kembali ke tengah-tengah dunia Arab.” Sampai disini dapat dinyatakan bahwa hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani adalah sebagai pengembang dan penerus sekaligus pelopor filsafat yang bercorak islam yang disebarkan ke berbagai penjuru dunia barat.
IV.             KESIMPULAN
Filsafat islam merupakan hasil pemikiran para filsuf tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran agama islam dalam suatu pemikiran yang logis dan sistematis. Kontak pertama kaum muslimin dengan Filsafat Yunani berawal dari penaklukkan Alexander yang Agung di kawasan Timur Tengah ternyata membawa pengaruh terhadap perkembangan pemikiran Yunani di daerah yang ditaklukkannya itu. Perkembangan pemikiran Yunani tersebut terlihat dari munculnya  berbagai pusat atau lembaga pengkajian filsafat Yunani. Semua kota yang menjadi tempat perkembangan pemikiran Yunani ini kemudian dikuasai oleh Islam. Kemudian pada masa khalifah Abbasiyah adalah awal mula diterjemahkannya naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab. Sehingga lahirlah sejumlah Filosof Muslim terkemuka dikalangan umat Islam. Kemudian ilmu filsafat dari para Filosof Muslim inilah yang dikenal dengan Filsafat Islam.

Tampak jelas adanya hubungan yang bersifat akomodatif, bahwa filsafat Yunani memberi modal dasar dalam penelusuran berfikir yang ditopang oleh al-Qur’an sejak dulu. Secara teologis, bahwa sumber al-Qur’an secara azali telah ada, namun filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sementara bahan-bahannya sudah ada di dalam al-Qur’an dan hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani adalah sebagai pengembang dan penerus sekaligus pelopor filsafat yang bercorak islam yang disebarkan ke berbagai penjuru dunia barat.





DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.
Silvia, Yudhira. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000.
Zaprulkhan. Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.



[1] Zaprulkhan, Filsafat Islam Sebuah Kajian Tematik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014) hal. 3-5
[2] Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999) hal. 9

[3] Yudhira Silvia, Ensiklopedia Islam, (Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve,2000) hal. 17