Selasa, 29 November 2016

Metode Dakwah Sunan Muria

I.                   Pendahuluan
Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk mengamalkan ajaran Islam.Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan.Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

II.                Rumusan Masalah
1.      Biografi sunan Muria
2.      Metode dakwah sunan Muria
3.      Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria





III.             Pembahasan

A.    Biografi Sunan Muria
Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga yang tidak lain adalah putra kandung sunan kalijaga dengan perkawinannya bersama Dewi Saroh. 
Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”. Beliau menyebarkan agama islam dengan cara yang halus seperti yang dilakukan oleh ayahanda beliau yakni Sunan Kalijaga. Raden Umar Syahid atau yang biasa disebut dengan sunan muria, mempunyai peran penting dalam proses penyebaran islam di sekitar gunung muria. Tempat tinggal sunan muria berada di puncak gunung muria, yang salah satu puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.[1]
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Bayangkanlah  jika sunan Muria dan isterinya atau dengan muridnya setiap hari harus naik turun guna menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa adanya fisik yang kuat.Soalnya menunggang kuda tidak mungkin dapat dilakukan untuk mencapai tempat tinggal Sunan Muria.Harus dengan jalan kaki.Itu berarti Sunan Muria memiliki kesaktian yang tinggi, demikian pula dengan murid-muridnya.[2]
Bukti bahwa Sunan Muria  adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah perkawinan dengan Dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah puteri Sunan Ngerang, yaitu seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, tempat tinggalnya di Juana.
Demikian saktinya Sunan Ngerang ini sehingga Sunan Muria dan Sunan Kudus sampai-sampai berguru kepada beliau. Pada suatu hari Sunan Ngerang mengadakan syukuran atas usia Dewi Roroyono yang genap 20 tahun. Murid-muridnya diundang semua.Seperti : Sunan Muria, Sunan Kudus , Adipati Pathak Warak, Kapa dan Adiknya Gentiri. Tetangga dekat jua diundang, demikian pula snak kadang yang dari jauh.
Setelah tamu berkumpul Dewi Roroyono dan adiknya Dewi Roro Pujiwati keluar menghidangkan makanan dan minuman.Keduanya adalah dara-dara yang cantik jelita.Terutama Dewi Roroyono yang telah berusia 20 tahun, bagaikan bunga yang sedang mekar-mekarnya.
Bagi Sunan Kudus  Muria yang sudah berbekal ilmu agama dapat menahan pandangan matanya sehingga tidak terseret oleh godaan setan. Tapi seorang murid Sunan Ngerang yang lain yaitu Adipati Pathak Warak memandang Dewi Roroyono dengan mata tidak berkedip melihat kecantikan gadis itu. Sewaktu menjadi cantrik atau murid Sunan Ngerang, yaitu ketika Pthak Warak belum menjadi seorang Adipati, Roroyono masih kecil, belum nampak benar kecantikannya yang mempesona, sekarang gadis itu benar-benar membuat Adipati Pathak Warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir melotot memandangi gadis itu terus menerus.
Sunan Muria memiliki istri bernama Dewi Roroyono.Dewi Roroyono adalah putri dari gurunya yang bernama Ki Ageng Ngerang.Suatu hari, Ki Ageng Ngerang mengadakan tasyakuran ulang tahun Dewi Roroyono yang ke-20. Banyak tamu yang terpesona akan kecantikan Dewi Roroyono. Pada malam harinya, Dewi Roroyono diculik oleh seorang adipati yang menjadi tamu malam itu.
Akhirnya Ki Ageng Ngerang membuat sayembara, barangsiapa yang dapat mengembalikan Dewi Roroyono maka berhak menikahinya.Akhirnya Sunan Muria menang sayembara tersebut dan menikah dengan Dewi Roroyono.Dari hasil pernikahannya itu, Sunan Muria memiliki putra bernama Pangeran Santri atau Sunan Ngadilungu.

Sunan Muria dimakamkan di Desa Colo dan memiliki perbedaan yang unik dengan makam para wali lainnya.Sesuai dengan wataknya yang suka menyendiri, makam Sunan Muria pun terlihat menyendiri. Bila makam wali lain dikelilingi oleh para punggawanya, maka makam punggawa atau murid Sunan Muria dimakamkan di tempat agak jauh dari makam Sunan Muria.  

.  

B.       Metode dakwah yang digunakan sunan Muria
Meskipun sunan muria banyak mengadopsi metode-metode berdakwah dari sang ayah (sunan kalijaga), sunan muria memiliki perbedaan dalam memilih masyarakat yang akan didakwahi oleh beliau. Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut
Walau Sunan Muria diterima dengan baik oleh rakyat jelata, bukan berarti misi menyebarkan agama Islam tidak mendapatkan halangan.Penduduk yang tinggal di sekitar lereng Gunung Sunan Muria masih sangat kental dengan adat istiadat, kepercayaan dan agama asalnya. Karena itulah bukan hal yang mudah memasukkan agama Islam di dalam masyakarat yang begitu berpegang teguh dengan apa yang dipercayainya turun temurun selama berabad-abad.



Melihat hal ini, Sunan Muria berdakwah lewat kesenian, kursus, dan mengajarkan keterampilan.Sunan Muria sangat mencintai kesenian sejak kecil, begitu pun masyarakat sekitar lereng Gunung Muria, sangat kental dengan kesenian.Lewat persamaan ini, Sunan Muria memasukkan unsur Islam dalam berkesenian.Sunan Muria-lah yang mempertahankan tetap berlangsungnya gamelan sebagai media dakwah. Selain memasukkan nuansa Islam dalam bermain gamelan dengan tembang, Sunan Muria pun sering membuat tembang-tembang Jawa untuk memperkuat ingatan masyarakat akan nilai-nilai Islam. Keahlian Sunan Muria ditunjukkan dengan menciptakan Sinom dan Kinanti, salah satu karyanya yang terkenal
Daerah-daerah dakwah sunan muria berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria.Ia dikenal dengan sebutan sunan muria karena tinggal di gunung muria. 
Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah tersebut.Terbukti Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530).setiap solusi pemecahan masalah selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. 

C.     Kelebihan dan kekurangan metode dakwah sunan Muria
a.       Kelebihan dakwah
Sunan Muria dikenal sebagai sunan rakyat jelata.Ia akrab dan hidup di tengah-tengah mereka. Ia tak sudi menghambakan diri pada kekayaan dan kekuasaan. Di saat, para wali lain hidup di pusat kota, ia malah mengasingkan diri di daerah pegunungan. Namun, ia tak meninggalkan dakwah Islam. Justru, “pengasingan” itulah yang menjadikannya dai yang ramah dan toleran.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.Itu sangatlah efektif karena mereka adalah kaum pekerja yang tidak bisa berkumpul setiap saat.Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.Di samping itu, tak jarang, Sunan Muria juga mengajarkan berbagai keterampilan seperti bercocok tanam, berdagang, dan melaut kepada rakyat.
Selain sebagai penyebar agama Islam, Sunan Muria pun berperan dalam membangunKerajaan Demak.Sifatnya yang bijak dan halus sering membuat Sunan Muria dimintai tolong dalam menyelesaikan masalah rumit yang terjadi di Kerajaan Demak.Setiap solusi Sunan Muria diterima dengan baik oleh banyak pihak.Tidak heran bila Sunan Muria sangat dihormati berbagai kalangan.



b.      Kekurangan Dakwah
Sunan Muria menggunakan metode dakwah sama seperti ayahnya. Hanya saja bedanya mengenai masyarakat yang didakwahi.  Sunan muria lebih senang berdakwah pada tempat yang terpencil yang jauh dari kota.[3]Hal tersebut menjadi kekurangan beliau, karena belum bisa menciptakan sendiri metode yang baik untuk berdakwah dimasyarakat. Beliau masih meggunakan sama seperti ayahnya.






IV.             Kesimpulan
sunan muria menyebarkan agama islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.cara beliau menyebarkan agama islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah.Sunan muria adalah salah satu anggota walisongo keturunan dari sunan Kalijaga.Nama asli dari sunan muria adalah “Raden Umar Syahid”.
Sunan Muria itu adalah wali yang sakti, kuat fisiknya dapat dibuktikan dengan letak padepokannya yang terletak di atas gunung.Menuju ke makam Sunan Muriapun perlu tenaga ekstra, karena berada di atas bukit yang tinggi.
Metode dakwah yang dipakai oleh Sunan Muria adalah mengadakan kursus-kursus pada kaum dagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata.didalam kursus-kursus t tersebut, sunan muria juga mengisi dengan ajaran-ajaran islam. Dengan memberikan kursus, maka mereka bisa meluangkan waktu khusus untuk belajar agama.















DAFTAR PUSTAKA
            budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138                          
http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar- said.html#sthash.o93BSwL.dpuf
http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html








[1].budiono hadi sutrisno, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman Ditanah Jawa..hlm 137-138
[2]http://lebaran.com/kisah/item/535-napak-tilas-dakwah-sunan-muria.html

[3]http://garissinggung.blogspot.co,id/2013/06/searah-muria-raden-umar-said.html#sthash.o93BSwL.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar